Sejarah Kesultanan Deli Yang Terkenal Dengan Ekspornya

seputarkelas.com – sejarah kesultanan deli yang terkenal dengan ekspornya Pulau Sumatera abad ke-13 masehi pada masa-masa tersebut di pesisir Timur Sumatera berdiri sebuah negeri yang bernama kerajaan haru, nama kerajaan ini tidak terlalu dikenal dalam Khazanah sejarah nusantara, namun dalam berbagai Catatan sejarah kerajaan haru sudah memiliki hubungan dengan berbagai kerajaan lain seperti Pasai, Malaka, Jambi hingga Majapahit.

Sejarah Kerajaan Haru

Nama haru disebutkan dalam Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh mpu Prapanca Gajah Mada Patih amangkubumi Majapahit menyebut nama haru dalam orasinya yang legendaris Sumpah Palapa. nama harum juga ditemukan dalam kitab klasik Melayu sulalatus Salatin kitab ini berisi tentang sejarah raja-raja ya mimpin di perbagai Kerajaan Melayu. rujukan lainnya yang ditemukan dalam suma oriental yang ditulis oleh Tome Pires seorang Portugis yang menjelajahi Nusantara. Sumaoriental menyebut haru sebagai kerajaan besar dengan pelabuhan yang ramai, dalam catatan Tome Pires itu juga disebutkan kekuatan armada angkatan laut harus yang berhasil mengendalikan perairan di Selat Malaka.

Di masa kebesarannya kekuasaan Kerajaan haru membentang dari sungai Tamiang hingga Sungai Rokan, ditahun-tahun pertengahan abad 13 beberapa Catatan sejarah menuliskan bahwa Islam sudah masuk ke haru. Catatan sejarah klasik yang bisa dijadikan rujukan adalah sulalatus Salatin dan suma oriental, catatan dari China juga mengkonfirmasi masih tentang kerajaan haru yang telah menjadi muslim.

Tahun 1282 putusan politik dari Haruno ujung Cina yang ketika itu dibawah kekuasaan dinasti mongolia Kubilai Khan. ahli sejarah Cina pasca dinasti Mongol fashion menuliskan bahwa kerajaan haru terletak di Pulau Sembilan yang strategis karena Anginnya sangat baik untuk pelayaran. kerajaan haru saat itu dikenal sebagai penghasil beras,, Kampar, rempah, kopra, pisang serta berbagai hasil hutan catatan Cina juga menuliskan pada masa kaisar jung lo jumlah dari Dinasti Ming datang untuk sandar di kerajaan haru dalam rangka misi kerjasama kerajaan haru ketika itu dipimpin oleh Sultan Husein.

misi kerjasama kerajaan haru dengan kerajaan China berlanjut dengan kunjungan Laksamana cheng-ho, setahun setelahnya dalam catatan yang ditulis Laksamana cheng-ho Sultan hussin kemudian digantikan oleh putranya tuanku Alamsyah. hubungan harus dengan Cina terus terjalin dengan datangnya urusan pada tahun 1419, 1421 dan 1423 tahun 1431 Laksamana Cheng Ho kembali datang ke haru dengan membawa hadiah dari kaisar Cina untuk tuanku Alamsyah, setelah itu tidak ditemukan lagi catatan dari Cina tentang kerajaan haru. Di abad ke-15 haru merupakan kerajaan besar yang berdiri sejajar dengan Pasai maupun Malaka. Salah satu peninggalan kerajaan haru yang masih bisa ditemukan adalah benteng Putri Hijau, bukti kebesaran kerajaan haru di masa lalu ini terletak di kecamatan namorambe kabupaten deliserdang.

sampai abad ke-15 berbagai Catatan sejarah tentang harus menunjukkan bahwa pusat pemerintahan kerajaan tersebut berada dipedalaman. sedangkan Deli dikenal sebagai Bandar pelabuhan yang sempat menjadi pusat perdagangan di perairan Melaka. pertumbuhan Malaka yang kemudian diikuti oleh munculnya kesultanan Aceh mengubah peta perdagangan di sekitarnya. Pelan tapi pasti deli tidak lagi menjadi bandar besar perdagangan di perairan Melaka.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Demak, Pendiri, Masa Kejayaan dan Keruntuhan

Awal Mula Nama Kerajaan Deli

Sejarah Kesultanan Deli memasuki abad ke-16 Kerajaan haru berubah namanya menjadi kerajaan gurih dan namanya berubah lagi pada abad ke-17 menjadi kerajaan Deli. di Kisaran Abad ke-17 tersebut di masa Sultan Iskandar Muda Aceh yang telah tumbuh menjadi Kesultanan besar memperluas kekuasaannya hingga ke deli. pasukan kesultanan Aceh dipimpin oleh tuanku Paduka gocah pahlawan, dalam pertempuran singkat bandardewi berhasil dikuasai Aceh.

tahun 1613 tidak lama setelah bandardewi jatuh giliran ibu kota kerajaan haru jatuh namun dalam beberapa tahun ke depannya pemberontakan secara terus-menerus terjadi di Deli. pada tahun 1632 Untuk menghentikan pemberontakan tersebut Sultan Iskandar Muda menuju Panglima perangnya Sri Paduka gocah pahlawan sebagai wali negeri atau wakil dari Sultan Aceh di negeri deli. selain penaklukan Dewi Sri Paduka gocah Pahlawan adalah panglima perang yang memimpin pasukan Aceh melawan Portugis.

serangkaian ekspedisi militer kesultanan Aceh beberapa tempat seperti Pahang Kedah dan Nias juga dipimpin oleh Sri Paduka gocap pahlawan. penempatan Sri Paduka gocap pahlawan akhirnya benar-benar mengakhiri kedaulatan haru yang telah berganti nama menjadi deli. di masa selanjutnya deli akan berkembang dan tumbuh menjadi Kesultanan yang berdaulat ketika Aceh mulai melemah. kerajaan Deli akhirnya menjadi fasal dari kesultanan Aceh setelah serangkaian ekspedisi militer yang dipimpin oleh Sri Paduka gocah pahlawan.

Baca Juga : Sejarah Kesultanan Gowa Tallo Dari Masa ke Masa

Masa Kepemimpinan Sri Baduga gocah pahlawan

Sejarah Kesultanan Deli Tahun 1632 Sultan Iskandar Muda menunjuk Sri Baduga gocah pahlawan sebagai Datuk tunggal atau wali negeri untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan deli. sebuah jabatan yang setara dengan perdana Menteri, pada pergantian Masa dari abad 16 ke-17 perairan Semenanjung Malaka terbagi dalam dua kekuatan utama Aceh dan Malaka malah ketika itu dibawah kekuasaan Portugis. sedangkan di ujung utara Sumatera Aceh telah menjadi kekuatan yang siap menantang Portugis.

Demi Menghadang pengaruh Portugis di pesisir Timur Sumatera kesultanan Aceh mengirimkan serangkaian ekspedisi militer. ekspedisi militer ke posisi Timur Sumatera itu dipimpin oleh Sri Paduka gocah pahlawan. Tahun 1612 pasukan kesultanan Aceh yang dipimpin Sri Baduga gocah pahlawan berhasil menguasai haru. situasi politik dan keamanan yang tidak stabil membuat Aceh kembali mengirimkan ekspedisinya tahun 630. Dua tahun kemudian Sultan Iskandar Muda mengangkat Sri Paduka gocah pahlawan sebagai wali Negeri Deli. untuk menjalankan pemerintahan Dewi Sri Paduka gocap pahlawan membentuk lembaga Datuk berempat yang terdiri dari empat Raja Batak Karo, Lembaga ini terdiri dari empat Raja Batak Karo yang telah menjadi muslim dan bertugas membantu Datuk tunggal dalam menjalankan pemerintahan Deli. selain membentuk lembaga Datuk berempat seripaduka gocah pahlawan juga menikahi Putri nang balwan biru Surbakti. Putri ini merupakan anak dari raja urung Sunggal Salah satu raja Batak Karo yang masuk kedalam lembaga Datuk berempat. selain dibantu oleh lembaga Datuk berempat kepemimpinan Deli juga dibantu oleh bendahara Syahbandar atau kepala pelabuhan dan beberapa Menteri.

Tahun 1636 ketika Deli masih dalam tahap pengembangan dan pengorganisasian pemerintahan berita duka datang dari Aceh seiring meninggalnya Sultan Iskandar Muda. sepeninggal Sultan Iskandar Muda kekuatan militer dan pengaruh kesultanan Aceh pelan-pelan mulai menurun di sekitar Semenanjung Malaka. sedangkan di seberang Timur Sumatera Malaka semakin memanas dengan Ambisi VOC merebut wilayah tersebut dari Portugis.

Tahun 1641 Malaka akhirnya jatuh ke tangan VOC ancaman terhadap Sumatera daratan semakin nyata karena VOC telah memiliki basis yang mapan di Maluku dan Jawa.  perimbangan politik di Selat Malaka mengalami perubahan VOC telah mengarahkan pada cat mereka dan tanah Sumatera. Deli yang mulai tumbuh Kini harus menghadapi kenyataan yaitu kesultanan Aceh yang lemah dan VOC yang telah mengintai, namun Sri Paduka bocah pahlawan tetap menjaga hubungan yang erat dengan Aceh meskipun beberapa kali telah berganti pemimpin.

Baca Juga: Sejarah Kesultanan Palembang Darussalam

Masa Kepemimpina Panglima perungguit

Sejarah Kesultanan Deli Tahun 1669 setelah memimpin Deli sebagai fasal Aceh selama 37 tahun sri paduka gocah pahlawan tutup usia kepemimpinan Deli kemudian dilanjutkan oleh tuanku Panglima perungguit putra dari Sri Paduka gocah pahlawan. Panglima perwira meneruskan kebijakan yang diambil pendahulunya tatacara pemerintahan deli tidak mengalami perubahan namun tuanku Panglima perungguit mengambil keputusan mengejutkan tidak lama setelah memerintah memisahkan diri dari kesultanan Aceh.

pada masa-masa tersebut kesultanan Aceh sedang dalam kondisi melemah dan dipimpin oleh Sultanah ratu tasf alam Shafiyah Udin. negeri yang berpusat di Labuhan tersebut sekarang menjadi kerajaan berdaulat dan bukan lagi sebagai fasal kesultanan Aceh. paska memisahkan diri dari Aceh Deli menjalin hubungan diplomatik dengan VOC di Malaka, keputusan ini diambil untuk mengantisipasi kemungkinan aksi militer dari kesultanan Aceh. Tahun 1704 Masehi tuanku Panglima perungguit tutup usia kepemimpinan Deli kemudian dilanjutkan oleh tuanku Panglima paderap.

Masa Kepemimpinan tuanku Panglima paderap

memasuki abad ke-18 terdapat tiga kekuatan utama di perairan Malaka yaitu Aceh, Deli dan Malaka yang ketika itu dikuasai VOC. Deli pada masa tersebut dipimpin oleh tuanku Panglima padarap, tidak banyak perubahan yang terjadi pada masa kepemimpinan tuanku Panglima Paderrap, namun tuanku Panglima Pak derap udah kan ibukota kerajaan ke sebuah tempat yang bernama Pulau Brayan, pemindahan ini dilakukan untuk memudahkan administrasi pemerintahan dan mengendalikan wilayah-wilayah Taklukan.

Berdirinya Kesultanan Serdang

Tahun 1721 tuanku Panglima Paderap wafat, almarhum tuanku Panglima paderap meninggalkan empat orang putra dari permaisuri dan selir nya yaitu, tuanku jelaludin tuanku Panglima pasutan tuanku tawar Arifin dan tuanku Umar Johan Alamsyah Putra. Mahkota menderita cacat mata sehingga tidak bisa naik tahta, adiknya tuanku Umar Johan Alamsyah yang paling berhak menduduki tahta karena putra dari permaisuri. namun Putra lainnya dari selir yaitu tuanku Panglima pasukan tidak bisa menerima situasi tersebut. perang saudara memperebutkan Tahta tidak terelakkan bertahun-tahun ia perang saudara ini tidak kunjung selesai, hingga Kemudian pada tahun 1732 tuanku Panglima pasutan berhasil mengusir tuanku Umar Johan Alamsyah permaisuri dan pengikutnya keluar dari istana. larian tuanku Umar Johan Alamsyah membawanya sampai ke kampung besar atau yang dikenal sebagai Serdang. di tempat tersebut tuanku Umar Johan Alamsyah menjadikan sebuah Kesultanan baru yang bernama Kesultanan Serdang.

Perpindahan Ibu Kota Kerajaan Deli

Pada Sejarah Kesultanan Deli berdirinya Kerajaan baru ini akan memperpanjang ketegangan antar saudara yang berlangsung hingga ratusan tahun lamanya, Setelah berhasil menduduki tahta Deli tuanku Panglima pasutan memindahkan ibukota kerajaan dari pulau Brayan keraguan Deli, Selain itu tuanku Panglima pasukan juga mengangkat Datuk dari empat suku yang dikenal sebagai Datuk empat suku untuk memperkuat kedudukannya. keberadaan dan empat suku ini memiliki peranan yang strategis untuk mewakili kepentingan rakyat Deli bukan hanya di masa tuanku Panglima pasutan tetapi juga para penggantinya.

tuanku Panglima pasutan memerintah hingga wafatnya pada tahun 1761 masehi, kepemimpinan Deli kemudian dilanjutkan oleh tuanku Panglima gandar Wahid masa kepemimpinan tuanku Panglima Gandar Wahid dari tahun 1761 hingga 1805 diwarnai perubahan politik yang signifikan di nusantara, pada masa inilah wilayah sedang mengalami perluasan hingga ke Perbaungan.

Memasuki akhir abad ke-18 Napoleon Bonaparte melancarkan perang Eropa dan menyebabkan Belanda jatuh ke tangan Perancis. tahun 1799 VOC secara resmi dibubarkan oleh pemerintahan boneka Prancis di Belanda karena kronis korupsi yang membuatnya bangkrut. wilayah-wilayah VOC di Nusantara secara otomatis jatuh ketangan Perancis namun baru pada tahun 1808  prancis memasuki Batavia. Willem ke-5 Raja Belanda ketika itu melarikan diri mencari perlindungan ke Inggris.

Masa Kepemimpinan Sultan Amaludin

Sejarah Kesultanan Deli tahun 1805 kepemimpinan Deli mengalami pergantian seiring wafatnya tuanku Panglima gandar Wahid Puncak kepemimpinan Deli kemudian dilanjutkan oleh Sultan amaludin mengendar alam. untuk pertama kalinya dalam sejarah pemimpin Deli menggunakan gelar Sultan. Deli pun kemudian juga memiliki nama resmi Kesultanan Deli al-mu’tashim Billah gelar Kesultanan ini diberikan oleh Kesultanan Siak yang kelitu sudah tumbuh menjadi negara besar dan berpengaruh di perairan Melaka perkembangan Kesultanan Siak yang pesat menjadikannya negara yang diperhitungkan bukan di samping Aceh Sultan. Alauddin menghindar alam mengambil kebijakan yang secara politis menguntungkan Deli yaitu menjaga kedekatan hubungan dengan Aceh.

sementara itu pada tahun 1811 masehi pasukan Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles berhasil merebut Batavia dari tangan Perancis. jatuhnya Batavia mengakhiri kekuasaan Perancis, Inggris selanjutnya berkuasa pada bekas jajahan VOC di Nusantara. Tahun 1814 berdasarkan traktat London Inggris mengembalikan kekuasaan atas Jawa dan seluruh Nusantara kepada Belanda, sebagai gantinya Belanda mengeluarkan Malaka kepada Inggris.

Tahun 1818 traktat London mulai dilaksanakan mereka yang strategis kini dikuasai Inggris namun berdasarkan traktat London Inggris tidak akan mengusik tanah Sumatera. Belanda pun kembali ke Batavia melanjutkan hegemoni mereka di nusantara Setelah VOC. Sultan amaludin mengendaralam menjadi saksi perubahan politik di nusantara, sampai masa pemerintahannya berakhir tidak ada kontak apapun baik dengan Inggris dan Belanda.

Masa Kepemimpinan Sultan Osman Perkasa Alamsyah

Tahun 1850 kepemimpinan Deli dilanjutkan oleh Sultan Osman Perkasa Alamsyah, tahun 1853 Sultan Osman Perkasa Alamsyah datang ke Aceh sebagai Tamu Istimewa untuk mendapatkan gelar kehormatan. kesultanan Aceh menganugrahkan kepada Sultan Osman Perkasa Alamsyah sebagai penguasa negeri Deli dengan seluruh wilayah taklukannya yang meliputi bhajan, pasir putih dan ayam denah.

Masa Kepemimpinan Sultan Mahmud Ar-Rasyid

Tahun 1858 kepemimpinan deli dilanjutkan oleh Sultan Mahmud ar-rasyid Perkasa Alamsyah. Pada masa kepemimpinannya inilah mulai terjadi kerjasama dengan Belanda, melalui pembukaan perkebunan tembakau pada tahun 1862, setahun berikutnya perjanjian baru dibuat yang isinya bahwa lahan perkebunan tembakau tidak akan diserahkan kepada orang-orang Eropa.

Di abad ke-19 tembakau merupakan komoditas yang bernilai sangat mahal di Eropa, Kesultanan Deli mendapatkan keuntungan besar dari perkebunan perkebunan tembakau tersebut.

Masa Kepemimpinan Sultan Makmun Al Rasyid

Sejarah Kesultanan Deli tahun 1872 Sultan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alamsyah tutup usia Beliau dimakamkan di kota masjid labuhan deli, Tahta Kesultanan Deli kemudian dipegang oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa alam. saat-saat tersebut Kesultanan Deli berada dalam kemakmuran dari hasil perdagangan tembakau. teknologi kapal uap membuat pengangkutan tembakau ke Eropa bisa dilakukan dalam skala besar dan lebih cepat.

sementara itu Medan juga tumbuh sebagai kota besar setelah Belanda menjadikannya sebagai ibukota karisedenan Sumatera Timur, melihat perkembangan Medan yang pesat tahun 1888 Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa alam memutuskan membangun sebuah istana yang kelak akan bernama Istana Maimun.

Perpindahan Ibu Kota Kesultanan Deli ke Medan

18 mei 1891 Istana Maimun diresmikan dan ibukota ke panen Deli dipindahkan ke Medan selain istana maimoon Sultan Makmun Perkasa Alamsyah juga membangun masjid raya al-mashun yang diresmikan pada 10 september 1909. Tahun1906 mulailah pembangunan kantor kerapatan dan torini berfungsi sebagai mahkamah keadilan atau sejenis Pengadilan tinggi di zaman sekarang, tahun 1924 tanggal 11 september Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah tutup usia, Beliau dimakamkan di kota masjid almansyur Deli.

Masa Kepemimpinan Sultan amaludin Sany Perkasa Alamsyah

Tahta Deli kemudian dilanjutkan oleh Sultan amaludin Sany Perkasa Alamsyah, dimasa masa pemerintahan Sultan Amaludin diwarnai instabilitas politik dan militer seiring pecahnya perang dunia ke-2.  Januari 1942 pasukan kekaisaran Jepang mulai serbu kawasan nusantara pasukan Belanda tidak mampu menahan serangan Jepang. 8 Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang. maka berakhirlah kekuasaan Belanda Selama ratusan tahun lamanya dan kini Jepang mengambil alih Nusantara termasuk Kesultanan Deli.

Perang Dunia Kedua tidak berlangsung lama pada 15 Agustus 1945 diatas kapal perang Missouri yang berlabuh di Teluk Tokyo Jepang menyatakan menyerah kepada sekutu, dua hari setelah menyerahnya Jepang Soekarno Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. pasca proklamasi kemerdekaan Kesultanan Deli berintegrasi ke Republik Indonesia saat itu Kesultanan Deli masuk ke dalam provinsi Sumatera Timur. Dan sekarang setelah beberapa kali terjadi Pengembangan provinsi Kesultanan Deli menjadi bagian dari provinsi Sumatera Utara.

Demikianlah pembahasan seputarkelas mengenai sejarah kesultanan deli yang terkenal dengan ekspornya, semoga menambah wawasan kalian tentang sejarah kesultanan di indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *