Sejarah Kesultanan Palembang Darussalam Dari Masa Ke Masa

seputarkelas.com – sejarah kesultanan palembang darussalam dari masa ke masa Palembang pada masa Jauh sebelum Imperium Majapahit lahir merupakan pusat sebuah Imperium besar yang bernama Sriwijaya abad ke-7 hingga 12 masehi Sriwijaya adalah penguasa di daratan maupun perairan Sumatera, Malaka dan sebagian Jawa memasuki abad 13 Sriwijaya yang tangguh mulai surut dan digantikan oleh Imperium lainnya Majapahit pusat kekuasaan Sriwijaya yang terletak di pesisir Timur Sumatra yang sekarang dikenal sebagai Kota Palembang masuk ke dalam wilayah Majapahit. sebagai Kota Pesisir Palembang berhubungan dengan banyak bangsa dengan berbagai kebudayaan ketika masih di bawah kekuasaan Majapahit Islam telah berkembang di Palembang meskipun belum sebagai agama mayoritas.

Sejarah kesultanan palembang ada masa kekuasaan raja Brawijaya ke-5 Majapahit dilanda perang saudara kondisi ini membuat sebagian wilayah Majapahit tidak mendapatkan perhatian yang memadai Palembang yang tidak mendapatkan perlindungan yang cukup, akhirnya jatuh ketangan orang-orang dari Cina. Raja Brawijaya ke-5 mengirimkan Pasukan yang dipimpin oleh Arya Damar untuk merebut Palembang dari tangan orang-orang Cina, atas keberhasilannya aryadhamar diangkat sebagai pemimpin Palembang. tidak lama setelah memimpin Palembang aryadhamar memeluk agama Islam namun secara umum Palembang ketika itu masih terdiri dari berbagai agama dan Islam belum menjadi mayoritas.

Beberapa tahun kemudian terjadi perpindahan kekuasaan Kerajaan Majapahit berakhir dan pusat kekuasaan berpindah ke Demak itu aktor penting dalam perpindahan kekuasaan ini adalah Raden Fatah Putra Raja Brawijaya ke-5 dan sekaligus Putra angkat dari Arya Damar. berakhirnya kekuasaan Majapahit membuat Palembang berdiri sendiri sebagai sebuah kerajaan yang berdaulat namun begitu Palembang menjalin hubungan baik dengan Demak Palembang tumbuh menjadi sebuah kerajaan berdekatan dengan Malaka yang telah menjadi Kesultanan besar dan menguasai perairan di Semenanjung Malaya.

Tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis, situasi ini segera memanaskan suhu politik di Semenanjung Malaya. Tahun 1512 Armada angkatan laut Demak dan Palembang bergerak menyerbu Portugis di Malaka sayangnya serangan tersebut gagal dan Demak maupun Palembang harus menderita kerugian yang amat besar, setelah kegagalan di Malaka Palembang lebih memperkuat ekonominya. perdagangan di pelabuhan Palembang meningkat terutama dari kapal-kapal Niaga Jawa, Bali, sulawesi dan Nusa Tenggara.

Palembang memiliki Komoditas utama yaitu lada dan timah dua komoditas ini bahkan telah menjadi urat nadi perdagangan sejak zaman Sriwijaya, di masa keemasan rempah-rempah lada merupakan komoditas yang sangat laku di Eropa pada abad ke-15 kebutuhan lada di Eropa meningkat hingga tiga kali lipat Hal inilah yang membuat para pedagang Eropa berbondong-bondong mencari jalur pelayaran ke nusantara. tingginya harga lada membuat para penguasa di Palembang mewajibkan rakyatnya menanam lada secara besar-besaran selain ladah Palembang juga dikenal sebagai penghasil katun, ketiga itu para petani menanami lahan persawahan yang sudah panen dengan kapas yang kemudian diolah menjadi kartun. Di pertengahan abad ke-16 transisi kekuasaan terjadi lagi di Jawa dengan berakhirnya Kesultanan Demak dan digantikan dengan Kesultanan pajang.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Demak, Pendiri, Masa Kejayaan dan Keruntuhan

Pergantian kekuasaan yang melibatkan pertumpahan darah ini membuat sebagian pembesar Demak dan jipang yang tidak setuju dengan kepemimpinan pajang memilih melarikan diri ke Palembang salah satu pelarian dari Jawa yang datang ke Palembang adalah ke gedung surat orang yang mendukung perjuangan Aria Penangsang Adipati jipang melawan pajang Ki Gedeng Sura diterima dengan baik mengingat hubungan Palembang dengan Demak sejak zaman Majapahit masih berkuasa. tahu 1572 gedeng surah kembali ke Jawa anak dari gedung sura yang dikenal dengan nama Ki Gede ing Suro muda kemudian menjadi salah satu pemimpin di Palembang pada pertengahan abad ke-16. pada kisaran tahun 1570 smpai 1589  kiGedang Sura muda inilah yang akan mengawali munculnya dinasti politik yang menjadi cikal bakal Kesultanan Palembang. Memasuki kisaran abad ke-14 Islam telah mulai berkembang di Palembang meskipun belum menjadi agama mayoritas beberapa Catatan sejarah bahkan menuliskan bahwa beberapa abad sebelumnya Islam telah masuk ke Palembang atau Sriwijaya Selama ratusan tahun sebelum menjadi Kesultanan, Palembang atau Sriwijaya sudah terhubung dengan berbagai bangsa melalui perdagangan proses inilah yang memperkenalkan mereka kepada Islam meskipun belum ada upaya penyebaran secara masih memasuki abad ke-16 Palembang sudah menjadi salah satu pusat penyebaran dan pembelajaran agama Islam di nusantara. bukti penting yang bisa dijadikan rujukan adalah pendiri dinasti Demak Raden Fatah mengenal Islam di Palembang sebelum kemudian memperdalaminya pada Sunan Giri di Gresik. dalam perkembangannya Palembang telah menghasilkan ulama yang berjasa menyebarkan agama Islam hingga ke solo dan Mindanau pada abad ke-17 agama Islam secara resmi menjadi agama negara. meskipun Islam secara resmi menjadi agama negara namun undang-undang di Palembang masih memasukkan unsur-unsur adat yang tidak bertentangan sebuah kitab undang-undang disusun dan diberi nama simur Cahaya Kitab undang-undang ini disusun oleh Ratu sinuhun istri dari Pangeran Sido Ing kenayan yang memerintah Palembang tahun 1636 hingga 1642 ketika itu Palembang belum resmi menjadi sebuah Kesultanan. kitab simbur cahaya menjadi pedoman masyarakat Palembang hingga ratusan tahun kemudian kitab ini tidak hanya memuat tentang hukum tetapi juga menata hubungan sosial masyarakat Palembang.

Baca Juga : Sejarah Kesultanan Gowa Tallo Dari Masa ke Masa

Semenjak kedatangan Ki Gedeng Suro dan Diteruskan oleh ke gedung Suro muda Islam berkembang lebih cepat dari pada waktu-waktu sebelumnya setelah wafat kepemimpinan Ki Gede ing Suro muda kemudian dilanjutkan oleh kemas di Pati yang memerintah tahun 1589 hingga 1594. tahun 1610 perusahaan dagang asal Belanda VOC mulai menjalin hubungan dengan Palembang seperti halnya Portugis awal mula kedatangan VOC ke Palembang adalah untuk berdagang. pada kunjungan resmi pertama tersebut VOC yang diwakili oleh cream cone render menemui madiang suka pemimpin Palembang dari tahun 1594 hingga 1629. kedatangan VOC disambut dengan baik mengingat Palembang adalah negara maritim yang terbuka VOC bahkan diizinkan membuka kantor dagang yang dibangun di tepi sungai alur hingga puluhan tahun lamanya keberadaan VOC hanya berdagang. VOC mendapatkan keuntungan besar dari harga lada yang tertinggi di Eropa.

Tahun 1641 situasi politik di perairan Timur Sumatera mengalami perubahan ketika VOC berhasil merebut Malaka dari Portugis. Setahun kemudian VOC mengadakan perjanjian dagang dengan Palembang perjanjian itu dikenal sebagai traktat Palembang VOC, traktat ini memberikan Hak monopoli perdagangan lada kepada VOC namun traktat ini tidak berjalan seperti yang diharapkan VOC para pedagang lainnya seperti Portugis masih bisa melakukan transaksi lada di Palembang. tidak berjalannya traktat ini lebih banyak disebabkan karena VOC memang tidak memiliki produk unggulan yang bisa digunakan sebagai kesepakatan dagang yang saling menguntungkan. VOC hanya bisa memberi imbalan bantuan militer kepada penguasa Karena itulah satu-satunya yang mereka miliki namun hal ini lebih banyak ditentukan oleh kondisi lokal teritorial saat itu VOC sudah memiliki basis militer yang mapan di Batavia dan Maluku tahun 1655 VOC berusaha menekan Palembang agar benar-benar menerapkan traktat tahun 1642 salah satu cara yang ditempuh VOC adalah Menghadang kapal-kapal dagang yang membawa lada dari Palembang dan menyita muatannya ketika VOC mencoba melakukan diplomasi, rombongan mereka diserang oleh pasukan Palembang sebanyak 40 pasukan VOC berkebangsaan Eropa terbunuh dalam peristiwa itu beberapa lainnya menjadi tawanan Palembang. peristiwa ini dibalas oleh VOC dengan melakukan blokade terhadap Palembang pada tahun 1658 hingga 1659 perang besar pun segera berkecamuk di Kuto gawang ibu kota Palembang istana berhasil direbut dan dibakar oleh VOC akibatnya pemimpin Palembang ketika itu Pangeran Sido Ing racek bersama pengikutnya mengundurkan diri ke Indralaya.

Baca Juga : Sejarah Kesultanan Deli Yang Terkenal Dengan Ekspornya

Hancurnya Kuto gawang mengakhiri kerajaan Palembang ibukota Palembang kemudian dipindahkan agak ke pedalaman sebuah daerah yang dikenal dengan nama beringin janggut selanjutnya kimas Hindi Pangeran Arya kesumo tampil sebagai pemimpin Baru Palembang, dari sinilah lahirlah sebuah negara baru yang bernama Kesultanan Palembang Darussalam.

Tahun 1662 setelah tiga tahun lamanya membangun Ibu kota yang baru kepemimpinan Palembang dipegang oleh Kim Mas Hindi Arya Kesuma, pada tahun inilah Palembang secara resmi menyatakan diri sebagai kesultanan. kesultanan Palembang Darussalam Nama resmi yang kemudian digunakan, gimas Hindi area Kesuma memimpin dengan gelar Sultan Abdurrahman pemimpin pertama dalam sejarah Palembang yang menggunakan gelar Sultan. di Ibukota yang baru tersebut dibangunlah sebuah masjid besar sebagai pusat kegiatan keagamaan masjid tersebut sekarang dikenal sebagai masjid lama. Sultan Abdurrahman dikenal sebagai pemimpin Palembang yang giat melakukan penyebaran agama Islam hingga ke pedalaman Sumatera. perdagangan juga menjadi faktor yang sangat diperhatikan oleh Sultan Abdulrahman. Palembang sebagai negara maritim masih sangat tergantung dari komoditas ekspor andalan mereka yaitu lada faktor inilah yang membuat Kesultanan Palembang masih menjaga hubungan dagang dengan VOC. Palembang membutuhkan ekspor lada mereka danvok membutuhkan lada untuk kebutuhan Eropa. meskipun VOC memiliki hak monopoli lada namun Sultan Abdurrahman tidak serta-merta mematuhinya para pedagang dari Cina, India, Arab, maupun Portugis masih bisa membeli lada dari Palembang Sultan Abdurrahman sengaja melakukannya agar sebagian besar dari keuntungan perdagangan lada masuk ke kas Kesultanan pada masa-masa inilah Kesultanan Palembang Darussalam berhasil mencapai kemakmurannya. Sultan Abdurrahman berhasil menjadi pemimpin yang dicatat sebagai figur ideal dalam sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.

Tahun 1706 Sultan Abdurrahman tutup usia kepemimpinan di Palembang kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bergelar Sultan Muhammad Mansyur Joyo Ing Lagu masa kepemimpinan Sultan Muhammad Mansyur tidak berlangsung begitu lama tahun 1714 beliau tutup usia. Sultan Muhammad Mansyur kemudian dimakamkan di Kebon gede. Tahta Kesultanan Diteruskan oleh adiknya yang bergelar Sultan Agung Komarudin seri Truno dari sinilah Tahta Kesultanan Palembang kemudian menjadi perebutan karena Pangeran Purbaya Sang putra mahkota telah meninggal beberapa tahun sebelumnya dalam sebuah pertempuran sedangkan Sultan Muhammad Mansyur belum sempat mengangkat putra mahkota pengganti dua putra Sultan Muhammad Mansyur yaitu Pangeran Jaya wikramo dan Pangeran Adipati Mangkubumi Alimuddin menolak pengangkatan Paman mereka Sultan Agung qomarun. situasi di istana segera memanas dengan konflik perebutan kekuasaan antara paman dan keponakannya. Sultan Agung Komarudin mencari Jalan Tengah dengan mengangkat kedua keponakannya menjadi Sultan. situasi ini membuat Palembang memiliki tiga Sultan sekaligus namun posisi Sultan Muhammad Mansyur berada paling tinggi. kondisi Istana Kesultanan Palembang tidak kunjung mereda dengan solusi ini, konflik berlanjut antara Pangeran Cahyo wikramo dengan pangeran Adipati.

Tahun 1724 Pangeran Jaya wikramo menangkan konflik dan naik tahta dengan gelar Sultan Badaruddin jayo wikramo atau yang lebih dikenal dengan Sultan Badaruddin pertama, Sultan Badaruddin pertama tidak hanya dikenal sebagai negarawan tetapi juga ulama salah satu kitab yang pernah ditulisnya adalah tah Kidul yakin. selain seorang ulama Sultan Badaruddin pertama juga dikenal sebagai sang pada masa mudanya beberapa tempat di nusantara hingga Timur Tengah pernah disinggahinya pada masa pemerintahan Sultan Badaruddin pertama inilah sebuah masjid besar dibangun di ibukota Kesultanan. Sultan Badaruddin pertama dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana karena memerintah berdasarkan konsensus atau kesepakatan berbagai pihak.

Tahun 1758 Sultan Badaruddin pertama tutup usia kepemimpinan Palembang Diteruskan oleh Sultan Ahmad najamuddin pertama pada masa pemerintahan Sultan najamuddin pertama Masjid Agung Palembang dilengkapi dengan sebuah menara kontrak perdagangan dengan VOC yang telah dibuat oleh pendahulunya juga diperbaiki, terutama untuk komoditas lada dan timah situasi saat itu sangat mendukung perkembangan Palembang mengingat VOC sudah terlalu keletihan menghadapi banyak perang dan memilih berkonsentrasi menguasai Jawa. VOC sudah tidak memiliki dan biaya untuk ekspansi militer ke Palembang.

Tahun 1774 lautan Ahmad najamuddin pertama wafat Tahta Palembang Diteruskan oleh Sultan Ahmad bahauddin Sultan Ahmad bahauddin membangun istana besar yang dikenal sebagai setengah Benteng Kuto Besak. pada masa kepemimpinannya Kesultanan Palembang menjadi salah satu pusat perkembangan sastra agama Islam. pada masa pemerintahan Sultan Baharudin situasi di perairan Malaka memanas seiring kedatangan Armada perang Inggris. VOC yang berusaha menjaga dominasi mereka terpaksa harus mengambil Jalan militer untuk menghadapi Inggris, Inggris kemudian berhasil menguasai salah satu wilayah di pesisir Barat Sumatera yaitu Bengkulu yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Pada masa-masa berikutnya Palembang akan menghadapi dua lawan berat dari Eropa Inggris dan Belanda sekaligus.

Tahun 1804 terjadi perpindahan kepemimpinan di Palembang karena wafatnya Sultan Baharudin Puncak kepemimpinan di Palembang selanjutnya dipegang oleh Sultan Mahmud Badaruddin kali Fathul mubin Sayyidul iman yang dikenal sebagai Sultan Badarudin 2. Sultan Badarudin 2 dikenal sebagai ulama Imam Masjid Agung Palembang sekaligus sastrawan dengan beberapa karyanya yaitu syair Nuri, pantun si Pelipur Hati, sejarah raja martalaya dan nasib seorang ksatria sih North Castro pada masa Sultan Badarudin 2 inilah Palembang tidak bisa menghindarkan lagi perang besar melawan bangsa Eropa yaitu Inggris dan Belanda. situasi politik di nusantara berubah seiring dibubarkannya VOC pada tahun 1799.  kerajaan Belanda mengambil alih semua kepentingan VOC di Nusantara, tahun 1812 pasukan inggris menyerbu ibukota Palembang, pasukan Inggris berhasil menguasai ibukota dan menduduki istana Sultan Badarudin 2 bersama para pengikutnya meloloskan diri dari kepungan Inggris. Inggris kemudian melantik sultanah najamuddin adik Sultan Badaruddin sebagai pemimpin Palembang, selanjutnya Palembang berada di bawah kekuasaan Inggris dan menempatkan seorang residen sebagai perwakilan tahun 1813 Sultan Badarudin 2 menyerah dan kembali memegang tampuk kekuasaan presiden Palembang menyetujui pengangkatan kembali Sultan Badarudin 2 namun sebulan kemudian Thomas Stamford Raffles menolak pengangkatan itu karena hanya ditetapkan oleh residen Palembang tanpa persetujuannya, situasi tersebut menyebabkan terjadinya ketegangan antara Sultan Badarudin 2 dan Sultan Ahmad najamuddin.

Tahun 1816 Belanda kembali Palembang namun tidak mampu mengendalikan situasi, tahun 1818 dalam persaingannya dengan Inggris Belanda mengirim sebuah ekspedisi militer ke Palembang dan menangkap Sultan Ahmad najamuddin Belanda kemudian mengasingkan Sultan Ahmad najamuddin ke Batavia penangkapan Sultan Ahmad najamuddin tidak berhasil meredakan ketegangan politik di Palembang, melihat situasi Palembang yang tetap tidak bisa dikendalikan Belanda mengirim ekspedisi militer lagi tahun berikutnya pasukan Sultan Badarudin 2 berhasil memukul mundur pasukan Belanda. tahun 1821 Belanda mengirimkan tidak kurang dari 40 ribu pasukan dari Batavia dengan kekuatan sebesar itu Belanda berusaha memastikan bahwa Palembang akan benar-benar takluk. Sultan Badarudin 2 dan pasukannya melakukan persiapan menghadapi Perang Terbesar dalam sejarah Palembang. serangan pertama Belanda dengan kekuatan sangat er itu berhasil dipukul mundur oleh Palembang.

Gagal pada serangan pertama Belanda melanjutkan serangan berikutnya Belanda mempergunakan semua kekuatannya dan berhasil mencapai istana Kuto Besak, setelah mengepung istana Kuto Besak pasukan Belanda pun menangkap Sultan Badarudin 2. Sultan Badarudin 2 kemudian diasingkan ke Ternate situasi ini membuat kedaulatan Palembang berada dalam ancaman yang serius.

seiring jatuhnya kekuasaan Sultan Badarudin 2 Belanda mengangkat Putra sulung Sultan Ahmad najamuddin yang bergelar Sultan Ahmad najamuddin 2. tahun 1823 dengan meningkatnya ketegangan politik dan militer di Jawa maupun Minangkabau Belanda memutuskan untuk menghapus Kesultanan Palembang, kemudian Belanda secara resmi mengumumkannya akhir dari Kesultanan Palembang Darussalam.

Sultan Ahmad najamuddin dua dan pengikutnya yang terima dengan keputusan Belanda melakukan perlawanan. tahun 1824 pasukan Palembang menyerang sebuah garnisun tentara Belanda serangan tersebut berhasil diatasi oleh Belanda. kegagalan dalam serangan terhadap garnisun Belanda itu membuat Sultan Ahmad najamuddin dua melarikan diri.

Tahun 1825 Sultan Ahmad najamuddin dua menyerah dan diasingkan ke Banda. tahun 1841 Belanda memindahkan pengasingan Sultan Ahmad najamuddin dua ke Manado, tahun 1890 pemberontakan berskala besar dilancarkan oleh rakyat Palembang, pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan pada tahun yang sama. tahun-tahun berikutnya Belanda berhasil mengendalikan Palembang dan langsung dibawah kekuasaan mereka. tahun 1984 pemerintah Republik Indonesia menganugerahi Sultan Mahmud Badarudin 2 yang meninggal di pengasingannya pada tahun 52 sebagai pahlawan nasional atas jasa-jasanya melawan Inggris dan Belanda.

itulah sedikit ulasan singkat mengenai sejarah kesultanan palembang darussalam, semoga bermanfaat bagi kalian semua. jika ingin tahu banyak tentang materi-materi pembelajaran lainnya silahkan kalian kunjungi laman seputarkelas.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *